Selasa, 08 April 2014

Angka Kematian Ibu Tinggi, Pengaruh Sinetron dan Gosip ?


Peningkatan angka kematian ibu dipicu oleh maraknya nikah muda dan kehamilan di usia remaja. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) punya Generasi Berencana, sayang masih kalah dengan sinetron dan gaya hidup selebritas.

Wiko Prasetyo, peneliti kebijakan ekonomi dan publik Perkumpulan Prakarsa mengapresiasi program Generasi Berencana (GenRe) yang digagas BKKBN untuk mempromosikan penundaan usia menikah. Diharapkan, program ini bisa membantu menekan angka kematian ibu di masa mendatang.

Meski demikian, Wiko mempertanyakan efektivitas program ini di tengah gempuran tayangan sinetron yang kerap mengangkat cerita tentang pernikahan di usia muda. Menurut Wiko, program GenRe perlu didukung dengan regulasi yang mengatur tayangan sinetron.

"Seharusnya ada semacam aturan yang jelas di perfilman, agar program yang berkaitan dengan kawin di usia muda, yang negatif terhadap program KB, itu disensor," kata Wiko dalam temu media di Cheese Cake Factory Cikini, Jakarta Pusat, dan ditulis pada Senin (28/10/2013).

Organ Reproduksi Belum Matang, Ini Akibatnya Pernikahan Dini


Kendari, Pernikahan dini tidaklah semanis cerita di opera sabun atau sinetron. Jauh dari romantisme, belum matangnya organ reproduksi pada remaja yang menikah muda membuatnya terancam berbagai masalah, mulai dari gangguan fisik, psikologis, hingga kekerasan dalam rumah tangga.

"Belum matangnya organ reproduksi menyebabkan pelaku pernikahan dini umur 10-14 tahun 5 kali lebih besar mengalami kematian saat melahirkan. Pada remaja usia 15-20 tahun, risikonya 2 kali lipat," jelas Shauqi Maulana, Duta Mahasiswa Genre Tingkat Nasional 2012, dalam acara 'Seminar Remaja dalam Rangka Hari Keluarga XX Tingkat Nasional' di Hotel Azahra, Kendari, Rabu (26/6/2013).

Selain itu, belum matangnya organ reproduksi menyebabkan wanita yang menikah di usia muda berisiko terhadap berbagai penyakit mengerikan, seperti kanker serviks, kanker payudara, mioma dan kanker rahim.

Rabu, 05 Maret 2014

Bahaya Merokok Bagi Tubuh Manusia

Kata "merokok" sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. "Merokok" berasal dari bahasa Belanda "roken". Merokok pertama kali diperkenalkan oleh orang elit Belanda atau saudagar Belanda yang datang ke Indonesia dan selanjutnya di tiru oleh orang elit lokal. Dalam perkembangannya kebiasaan merokok bukan hanya pada kalangan elit, namun sudah dapat dinikmati oleh siapa saja. Bahkan merokok mampu menggantikan kebiasaan mengunyah sirih sebagaimana kebiasaan wanita di pedesaan. Merokok tidak pandang usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan di mana dia tinggal (pedesaan atau perkotaan). Sebagai gaya hidup di kota-kota besar banyak perempuan mulai merokok dan anak-anak yang semestinya masih harus bersekolah namun ia telah mengenal rokok. Sebenarnya mereka mengetahui gak sih dampak dari merokok itu? Bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa sulit untuk berhenti merokok.

Rokok mulanya hanya terbuat dari komposisi tembakau (nicotiniana tobacum), kertas pembungkus dan kadang dicampur dengan filter. Saat ini rokok yang beredar sudah ditambah dengan bahan-bahan lain seperti gliserol, sorbitol, propilen glikol, kalium sorbat, asam benzoat, natrium benzoat, cengkeh, vanila, coklat, mentol, dan zat-zat lain. Inilah yang membuat merokok lebih membahayakan bagi tubuh kita. Komponen asap rokok yang sudah terkenal adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO).
Powered By Blogger