Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. 1 Salah satu gejala terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi adalah Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Keputihan dapat fisiologis ataupun patologis. Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sedangkan dalam keadaan patologis akan sebaliknya, terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak dan disertai gatal dan rasa panas atau nyeri, dan hal itu dapat dirasa sangat mengganggu.
Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan. Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya.3 Sedangkan wanita Indonesia sendiri 75% pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab keputihan.
Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan lembab. Organ reproduksi merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga lebih mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor.5 Perilaku buruk dalam menjaga kebrsihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut. Jadi, pengetahuan dan perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam pencegahan keputihan.
Keputihan terbagi menjadi dua jenis yaitu yang bersifat fisiologis dan Patologis. Keputihan fisiologis terjadi saat masa subur, serta saat sesudah dan sebelum menstruasi. Biasanya saat kondisi-kondisi tersebut sering terdapat lendir yang berlebih, itu adalah hal normal, dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak berbau. Keputihan fisiologis pada wanita hamil tidak berpengaruh terhadap janin secara langsung, karena adanya selaput ketuban yang dapat melindungi janin. Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan normal, ciri-cirinya yaitu cairan keputihannya encer, cairan yang keluar berwarna krem atau bening, cairan yang keluar tidak berbau, tidak menyebabkan gatal dan jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit. Sedangkan keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak normal. Jenis keputihan ini sudah termasuk ke dalam jenis penyakit. Keputihan patologis dapat menyebabkan berbagai efek dan hal ini akan sangat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan khususnya kesehatan daerah kewanitaan. Keputihan patologis akibat adanya infeksi akan mengakibatkan meningkatnya resiko bayi lahir prematur pada wanita hamil dan bayi pun akan turut terkena infeksi. Bayi yang terkena infeksi virus beresiko mengalami ganngguan pencernaan dan gangguan pernapasan hingga bisa menyebabkan bayi mengalami kematian. Dan bayi yang mengalami infeksi akibat bakter dapat menyebabkan kebutaan pada bayi. Adapun ciri dari keputihan patofisiologis yaitu cairannya bersifat kental, cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu, atau berwarna kuning atau juga hijau, keputihan patologis menyebabkan rasa gatal, cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap, biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam wanita dan jumlah cairan yang keluar sangat banyak.
Dari hasil penelitian Donatila (2011) kejadian keputihan terjadi pada sebagian besar responden (96,9%) hal itu tidak jauh berbeda dengan data penelitian dimana 75% wanita di dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup.3 Keputihan tersebut dapat bersifat fisiologis dan patologis. Dari penelitian didapatkan beberapa ciri keputihan patologis yang dialami oleh siswi SMA Negeri 4 Semarang, yaitu keputihan disertai bau tidak sedap, rasa gatal, berwarna tidak bening dan frekuensi yang sering dan tidak disadari. Frekuensi keputihan sebagian besar (50%) yaitu saat sebelum atau setelah menstruasi, kemungkinannya adalah keputihan fisiologis yang dipengaruhi oleh hormon, sedangkan yang terbanyak setelah itu (32,8%) mengalami keputihan kapan saja atau sering tidak disadari, kemungkinannya adalah keputihan patologis.
Berikut merupakan penyebab keputihan :
- Faktor kebersihan yang kurang baik. Kebersihan di darerah vagina haruslah terjaga dengan baik. Jika, daerah vagina tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah satunya keputhan. Hal ini menyebabkan kelembaban vagina mengalami peningkatan dan hal ini membuat penyebab infeksi berupa bakteri patogen akan sangat mudah untuk menyebarnya.
- Stress. Semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka ketika reseptor otak mengalami kondisi stress hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan keseimbangan hormon -hormon dalam tubuh dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya keputihan.
- Penggunaan obat-obatan. Penggunaan obat antibitok dalam jangka lama bisa menyebabkan sistem imunitas pada tubuh wanita, dan obat antibiotik biasanya dapat menimbulkan keputihan. Sedangkan gangguan keseimbangan hormonal dapat juga disebabkan oleh penggunaan KB
Berikut beberapa cara untuk mencegah keputihan :
- Bersihkan selalu organ intim menggunakan pembersih yang tidak menyebabkan gangguan kestabilan pH pada daerah vagina anda. Gunakan produk pembersih terbuat dari bahan susu. Produk yang terbuat dari bahan dasar susu dapat menjaga pH seimbang juga meningkatkan flora dan bakteri yang tidak bersahabat dapat ditekan. Penggunaan sabun antiseptik kurang baik bagi vagina dalam jangka panjang, karena bersifat agat keras.
- Jangan menggunakan bedak atau bubuk yang bertujuan membuat vagina harum atau kering. Bedak sangat kecil dan halus, hal ini mudah terselip dan tidak dapat terbersihkan, sehingga mengundang datangnya jamur pada vagina.
- Keringkanlah selalu vagina anda setelah mandi, cebok atau mencui vagina sebelum anda berpakaian
- Pakailah selalu pakaian dalam yang kering. Usahakan selalu untuk membawa cadangan guna berjaga-jaga jika celana dalam anda perlu diganti
- Gunakan celana luar yang memiliki pori-pori cukup, jangan terlalu seirng menggunakan celana luar yang ketat, hal ini dapat menyebabkan sirkluasi di daerah kewanitaan terganggu.
- Gunakan celana dalam dari bahan katun, karena bahan katun mampu menyerap keringat.
- Saat periode menstruasi, seringlah anda mengganti pembalut
- Panty liner digunakan saat dirasa perlu saja, janga digunakan terlalu lama.
- Jika anda stress, ambil waktu libur atau cuti anda, rileks kan pikiran anda sejenak. Karena stress juga dapat memacu keputihan
- Kurangi untuk kegiatan yang membuat anda sangat letih, kepanasan dan banyak mengeluarkan keringat, atau jika sudah melakukan aktivitas tersebut, segera mandi dan bersihkan tubuh anda khususnya daerah kemaluan.
Sumber : jurnal Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan kejadian keputihan pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar