A.
Pendahuluan
Seksualitas
dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik
dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tidak
dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) termasuk
HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual.
Masa remaja adalah masa transisi
antara kanak-kanak dengan dewasa dan realtif belum mencapai tahap kematangan
mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan
sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi
tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup
generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.
Populasi
berisiko tinggi maksudnya adalah kelompok populasi tertentu yang mempunyai
risiko lebih tinggi untuk terpapar dan menderita dari kelompok lainnya. Dalam
IMS (Infeksi Menular Seksual) yang dimaksud dengan perilaku risiko tinggi ialah
perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang
penyakit. Yang tergolong kelompok risiko
tinggi adalah normoseksual, homoseksual, biseksual, Streeth Youth / Anak
Jalanan, pekerja seks komersial, tourism, sopir jarak jauh, pemakai napza, pegawai
bank, narapidana dan teenage
B.
Remaja sebagai Kelompok Beresiko Tinggi
Banyak remaja yang
menunjukkan perilaku positif diberbagai bidang baik keilmuan, organisasi maupun
bidang-bidang lainnya. Namun, tak sedikit pula remaja yang memperlihatkan sisi
negative dari perilakunya sehari-hari. Contohnya saja banyak anak SMA tawuran,
merokok, dan tidak sedikit yang merokok itu adalah remaja yang masih bersekolah
di tingkat menengah pertama (SMP) dimana umurnya antara 12 – 14 tahun. Selain
itu, pada zaman sekarang peredaran narkoba dikalangan remaja baik SMA maupun SMP
semakin meluas. Bahkan sampai perilaku seksual bebas yang berakibat terjadinya
kehamilan yang tak diinginkan, adanya tindakan aborsi, serta resiko terkena
penyakit HIV/ AIDS atau penyakit menular seksual lainnya juga merupakan salah
satu sisi negative remaja saat ini.
Remaja digolongkan
sebagai kelompok beresiko tinggi akibat perilaku seksual bebas yang yang
berakibat rawan terhadap bahaya penularan penyakit khususnya penyakit menular
seksual (PMS). Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik, psikis
maupun social yang sifatnya individual. Perubahan tersebut akan berjalan
demikian pesatnya seiring dengan perubahan emosi, pola pikir, sikap dan
perilaku serta timbulnya minat remaja terhadap seks ditandai mulai tertarik
kepada lawan jenis masing-masing. Begitupula dengan keingintahuan mereka
tentang seks yang mulai besar akibat dari pengaruh lingkungan sosialnya.
Pengaruh lingkungan social tersebut bisa dari teman sebaya, maupun media massa.
Menurut Freud, saat pubertas tubuh berubah sangat
pesat. Ciri-ciri seksual primer dan
sekunder mulai muncul. Dorongan
libidinal akan meningkat dengan pesat.
Dorongan libidinal tidak lagi dapat ditekan dengan mudah seprti saat
masa latent, sehingga potensial
menimbulkan berbagai gejolak dan konflik (Arif,
2006).
Besarnya
keingintahuan remaja terhadap seks tersebut mendorong mereka untuk mencari tahu
di semua tempat. Terutama internet yang semakin mudah diakses. Sumber-sumber
lain yang dapat diakses seperti buku-buku, film porno, maupun informasi dari
teman. Namun, keingintahuan yang besar itu tidak di imbangi dengan pendidikan
seksual dari guru maupun orang tua yang mengakibatkan tidak jarang remaja
melangkah pada tahap percobaan.
Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja mempunyai korelasi dengan
sikap remaja terhadap seksualitas, penelitian lain tentang perilaku seksual
remaja di empat kota menunjukkan bahwa 3,6% (Medan), 8,5% (Yogyakarta), 3,4
(Surabaya), dan 31,1% (Kupang) remaja telah terlibat hubungan seks secara
aktif. Juga dari sumber yang sama diperoleh hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan UGM menemukan bahwa 33,5% dari
responden laki-laki di kota Bali pernah berhubungan seks, sedang di desa 23,6%
serta Yogyakarta kota 15,5% dan di desa sebanyak 0,5% .
Aktivitas seksual selama masa
remaja ( di dalam atau di luar pernikahan) menempatkan remaja dalam risiko
untuk terlibat masalah seksual dan kesehatan reproduksi, seperti kehamilan dini, aborsi yang tidak aman, IMS termasuk HIV, dan kekerasan seksual (WHO, 2006).
Berdasarkan
fenomena di atas maka berbagai problem kesehatan maupun sosial yang berdampak
bagi remaja maupun bagi lingkungannya akibat dari perilaku seksualnya. Hal ini
dapat dilihat adanya kasus-kasus kehamilan yang tidak diinginkan akibat
hubungan seksual di luar nikah semakin meningkat dari tahun ketahun dan bahkan
berlanjut sampai pada pengguguran kandungan (abortus). Dampak yang lain dari
perilaku sekual remaja dapat terlihat kasus HIV/ AIDS dari tahun 1987 sampai
dengan Februari 1997 di Indonesia terdapat 124 kasus terinfeksi AIDS dan 393
kasus positif HIV, jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan
diantaranya mengenai kelompok remaja usia 15-19 tahun dengan 3 kasus terinfeksi
AIDS dan 23 kasus positif HIV. Selain HIV/AIDS, beberapa penyakit yang dapat
menular melalui seksual adalah Gonore (Kencing Nanah), Herpes Genital, Klamidia.
Kehamilan pada
remaja sering berakhir dengan aborsi, karena memang bayi yang dikandung itu tak
diinginkan kehadirannya. Komplikasi aborsi berupa robeknya rahim dan kelainan
pada pembekuan darah, dimungkinkan terjadi saat remaja putri mendapatkannya
tidak aman karena sarana pelayanannya ilegal. Komplikasi yang muncul bukan saja
dialami ibu muda, juga menimpa janin atau bayinya, sehingga meningkatkan angka
penderita maupun kematian pada keduanya.
Pengetahuan remaja
mengenai IMS
(Infeksi Menular Seksual) masih mengkhawatirkan. Banyak
remaja yang merasa bahwa dirinya tidak
akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Dari
sebuah penelitian di Jawa Timur, pengetahuan
remaja tentang IMS termasuk HIV/AIDS tergolong masih rendah, baru mencapai 50 %.
Remaja
indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka . Remaja yang dahulu terjaga secara kuat
oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah
mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang
cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar