Pacaran itu salah satu surganya dunia,
demikian kata orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Terutama bagi mereka, kawula
muda yang memang baru saja mengenal yang namanya cinta. Bagi mereka pacaran merupakan
masa-masa yang paling indah. Yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.
Bahkan sampai akhir hayatnya. Pacaran itu sendiri adalah kegiatan saling
mengenal dan saling menjajaki antara dua insan yang berbeda jenis (laki-laki
dan perempuan). Baik mengenal bagaimana kepribadiannya, apa hobinya, bagaimana
keluarganya, dan seterusnya.
Berbicara tentang pacaran tidak membatasi
pada umur. Karena pacaran itu sejatinya memang alamiah bagi setiap jiwa
manusia. Kerap kali dijumpai kawula muda yang gaya pacarannya mengkhawatirkan,
karena menjurus pada perilaku kekerasan. Kekerasan dalam pacaran oleh usia
remaja antara lain kekerasan verbal/non-verbal, kekerasan seksual, kekerasan
secara psikologis, dan seterusnya.
Kekerasan dalam pacaran adalah salah satu
bentuk perilaku merugikan yang banyak terjadi dalam sebuah hubungan pacaran.
Kekerasan ini bisa dalam bentuk kkerasan fisik (physical abused) seperti
penganiyaan, pemukulan, melukai dengan benda-benda tertentu dsb. Selain itu,
kekerasan juga bisa berbentuk psikis (mentally abused) seperti penyampaian
kata-kata yang tidak senonoh, pelecehan, intimidasi atau ancaman dsb. Salah
satu pasanngan, baik laki-laki maupun perempuan, bisa mendapatkan perlakuan
yang tidak menyenangkan dari pasangannya baik secara fisik maupun psikologis.
Salah satu pasangan yang lemah akan menjadi korban kekerasan secara
berulang-ulang bahkan mungkin intensitasnya semakin meningkat.
Menghadapi kekerasan dalam pacaran seringkali
lebih sulit bagi kita, karena anggapan bahwa orang pacaran pasti didasari
perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan-perasaan lain yang positif ,
sehingga kalau pasangan kita sering marah-marah dan membentak atau menampar
kita, kita berpikir ini karena kesalahan diri sendiri. Hal klasik yang sering
muncul dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri
sendiri dan merasa “pantas” diperlakukan seperti itu.
Cara yang paling efektif mencegah KDP adalah
dengan mencegah sebelum terjadinya kekerasan. Jadi penting bagi pasangan untuk
sama-sama sepakat memahami hubungan yang sehat, bahkan sejak pertama kali
memutuskan untuk berpacaran. Sebaiknya tentukan batasan-batasan atau harapan-harapan
terhadap satu sama lain. Bicarakan konsekuensinya jika batasan-batasan tersebut
dilanggar dan diskusikan jika harapan satu pihak tidak sesuai dengan harapan
pasangannya. Penting juga untuk menyepakati bagaimana penyelesaian jika terjadi
masalah. Yang paling penting, satu sama lain harus memahami bahwa masing-masing
merupakan individu yang bisa mengambil keputusan secara mandiri tanpa boleh
diancam atau dipaksa. Bahwa kamu lah yang paling berhak menentukan sesuatu atas
tubuhmu. Jangan pernah berusaha menyenangkan pasangan kamu dengan tindakan yang
sebenarnya tidak kamu senangi atau tidak nyaman melakukannya. Jadi berani
berkata tidak disertai dengan argumen yang bisa meyakinkan pasangan kamu.
Dengan demikian kamu juga belajar berkomunikasi secara asertif dan terbuka yang
bisa membantu membuat hubungan kamu lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar