Rabu, 03 April 2013

Sunat Perempuan: Polemik Agama, Tradisi, dan Kesehatan

    
    Pernah mendengar sirkumsisi? Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian/seluruh bagian penutup depan penis. Di Indonesia, sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah sunat, supit, atau khitan. Berdasarkan arti kata sunat, kita bisa menyimpulkan bahwa sunat hanya dilakukan pada laki-laki. Namun, kenyataannya berbeda. Selain pada laki-laki, sunat juga dilakukan pada perempuan. 

     Beberapa agama tertentu memang mewajibkan sunat, seperti Islam dan Yahudi. Dalam Islam, sunat bahkan diatur secara jelas dalam sebuah hadist. Rasulullah SAW. bersabda: "Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut ketiak, memendekkan kumis, dan memotong kutu" (H.R. Bukhari Muslim). Sunat atau khitan dianggap sebagai media mensucikan diri bagi umat Islam. Seseorang benar-benar diakui sebagai seorang muslim apabila ia telah melakukan sunat. Namun, jika hingga ia dewasa belum pernah disunat, keislamannya akan dipertanyakan. Tidak heran, seseorang yang baru saja masuk Islam (baca: mualaf), ia benar-benar seorang Islam apabila telah disunat. 
   
     Awalnya, sunat memang dilakukan untuk menjalankan ritual agama saja. Namun, ternyata hal ini berkembang menjadi sebuah kebiasaan turun temurun. Budaya yang mengakar. Hampir semua budaya di daerah Indonesia mengharuskan seseorang untuk disunat. Sehingga, ketika seseorang tidak disunat, ia akan memiliki beban ganda, yakni dari segi agama dan budaya. Apabila seseorang hingga ia dewasa belum pernah  disunat, hal ini akan dianggap sebagai aib dan memperoleh cemooh dari sekitarnya. Ritual sunat selama ini dipertahankan lebih kepada karena alasan budaya dibandingkan ajaran agama.

     Sejak dulu, para ilmuwan melakukan penelitian terkait sunat dan ternyata sunat memberikan manfaat medis. Bahkan, beberapa ahli medis sangat menyarankan seorang laki-laki untuk disunat dengan alasan kesehatan. Hasil penelitian membuktikan bahwa sunat laki-laki mengurangi risiko seseorang mengalami infeksi menular seksual (IMS). Sunat pada laki-laki mampu mengurangi risiko AIDS hingga 60 persen (Lusia Kus Anna, 2011). Lalu, bagaimana dengan sunat perempuan?

     Hingga saat ini, sunat perempuan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa pihak mengecam sunat pada perempuan dan menudingnnya sebagai tindakan mutilasi. Namun, sebagian lainnya mendukung sunat perempuan dengan alasan agama dan budaya. Selama ini, masyarakat melakukan sunat bukan semata-mata untuk menjaga kesehatan, tetapi lebih kepada alasan untuk menahan nafsu. Sebagian masyarakat, khususnya di Indonesia, menganggap bahwa sunat mampu mengurangi nafsu seseorang, apalagi seorang perempuan.

     Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sunat perempuan sama sekali tidak memberikan manfaat medis. Sunat perempuan justru berdampak negatif bagi perempuan dan merugikan kesehatan. Dampak yang bisa timbul, antara lain perdarahan dan sakit kepala luar biasa yang dapat mengakibatkan shock atau kematian, infeksi pada seluruh organ panggul, tetanus, dan gangrene yang dapat menyebabkan kematian, serta kesulitan atau sakit saat buang air karena adanya pembengkakan dan sumbatan pada saluran urine. 

     Di beberapa negara, sunat perempuan bahkan dilarang keras karena dianggap sebagai tindakan mutilasi. WHO menyebut sunat pada perempuan bukanlah sunat, melainkan female genital mutilation. Sunat perempuan dianggap sebagai tindakan mutilasi karena memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kelamin yang berdampak pada komplikasi saat melahirkan dan berhubungan seks. Bagian yang biasanya dipotong atau dihilangkan adalah labia minora, labia mayora, dan klitoris. WHO sudah sejak lama mengecam sunat perempun, beberapa negara juga sudah melarang sunat, misalnya Amerika. Namun, masih banyak negara yang memperbolehkan sunat perempuan, seperti Afrika dan Indonesia. 

     Praktik sunat perempuan di Indonesia mungkin tidak lebih parah daripada di Afrika. Di Indonesia, sunat perempuan hanya sekedar dibersihkan, di-kerok menggunakan pisau, atau memotong sedikit bagian tertentu. Berbeda dengan Afrika, sunat perempuan dilakukan dengan memotong seluruh alat kelamin luar, biasanya labia minora, labia mayora, atau klitoris, menggunakan alat yang belum tentu steril. Hal inilah ditakutkan selama ini, jangan sampai sunat perempuan menjadi bumerang yang menyebabkan berbagai infeksi menular seksual, komplikasi melahirkan, dan rasa tidak nyaman  saat berhubungan seks.

     Di Indonesia, larangan sunat perempuan dari PBB dikecam oleh banyak pihak, baik dari masyarakat luas maupun pemuka agama. Syariat agama dan mempertahankan tradisi adalah alasan kuat sehingga menolak pelarangan sunat perempuan. Sampai saat ini, Menteri Kesehatan pun masih memperbolehkan sunat perempuan begitupun juga MUI. Masih sangat sulit mengubah pola pikir masyarakat tentang ritual sunat perempuan ini. Masih banyak masyarakat yang menjalankan ritual ini, baik di pedesaan maupun perkotaan. Seseorang perempuan dianggap tidak suci dan aib jika ia tidak pernah disunat. Mereka juga akan dianggap tidak taat agama dan menyalahi tradisi nenek moyang. Ironi memang, di tengah pesatnya perkembangan iptek, ternyata masih banyak masyarakat yang mempertahankan tradisi yang merugikan kesehatan. Dibutuhkan upaya yang lebih keras untuk menyuarakan dampak merugikan sunat perempuan dan diperlukan kesabaran ekstra untuk menunggu dukungan pemerintah secara penuh terkait pelarangan sunat perempuan.

oleh: Ara Hamdani. Mahasiswa Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Unhas Angkatan 2010.

1 komentar:

  1. Salam kenal... Bagi anda Pria normal Gay bi Indonesia yg dewasa...
    Kenapa cari dewasa 30tahun keatas?
    ABG / remaja lebih cendrung Manja, Labil, posesif & protektif. Aku dak prnh suka yg feminin. Sory...Sangat, bagi yg merasa, tidak perlu tersinggung/minder, tapi ini bagian dari hak pilihan mencari sesuai kriteria masing"... Saya mencari anda" yg punya niat serius, ketemu, jalin hub baik, dll. Aq cri special partner, bukan just fun / free...
    Pacaran bukan hal yg mengancam privacy anda,meski anda sdh menikah! itu tergantung bgmn anda memberikan pengertian kepada pasangan anda? Selama anda care? Terbuka? Jujur & apa adanya, aku yakin partner tidak akan berbuat aneh"!
    Saya berharap tidak mau ganti" pasangan, itu hal beresiko. & saya juga berharap anda bukan Pria liar!
    Nafsu & libido itu penting, tapi bukan utama. Fisik jg bukan jaminan langgeng!
    Hati lebih diutamakan...
    Salam kenal, saya 27th ; 085664600785 SILAHKAN DIHUBUNGI, JIKA ANDA MERASA PRIA MANLY & Jantan...

    BalasHapus

Powered By Blogger