Selasa, 04 Februari 2014

72,4 Persen Remaja Punya Orangtua Merokok

Nah informasi yang satu ini perlu disimak dengan baik. Faktanya setiap kali menemukan anak atau remaja yang merokok,  mereka beralasan bahwa ayah mereka pun merokok maka tak apa jika mereka pun ikut merokok.  Informasi ini berasal dari BKKBN yang mengkaji tentang permasalahan remaja selain seks bebas, yaitu rokok.


JAKARTA, bkkbn online

Alasan pertama kali remaja merokok yang paling dominan adalah karena coba-coba, diikuti oleh pengaruh iklan TV, ingin kelihatan gagah, dan dipaksa teman. Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, orang tua menjadi panutan dalam memberikan contoh bagi anak-anaknya, data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009, menunjukan 72,4 persen remaja usia 13-15 tahun mempunyai orang tua merokok.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, dalam sebatang rokok terkandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh dimana 43 diantaranya bersifat karsinogenik. Komponen utama nikotin (penyebab kecanduan), Tar (bersifat karsinogenik), CO (menurunkan kandungan oksigen dalam darah).

“Ketika seseorang telah kecanduan rokok, nikotin yang terkandung dalam tembakau merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman (dopamine), sehingga menyebabkan rasa ketergantungan. Untuk mempertahankan rasa nyaman, timbul dorongan untuk merokok kembali, inilah awal dari proses kecanduan,” kata Tjandra di Jakarta, Minggu (17/11/13).
 
Indonesia adalah negara ke-3 tertinggi di dunia dalam jumlah perokok sesudah Cina dan India (WHO, 2008). Konsumsi produk tembakau di Indonesia yang tinggi dan terus meningkat di berbagai kalangan masyarakat mengancam kesehatan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. 

Data GATS 2011 menunjukkan prevalensi merokok orang dewasa Indonesia sebesar 34,8% terbagi atas 67,4% laki-laki, dan 4,5% perempuan (GATS, 2011). Sementara di kalangan remaja 15-19 tahun sebesar 38,4% laki-laki dan 0,9% perempuan (RISKESDAS, 2010). Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009, menunjukkan 20,3% anak sekolah 13-15 tahun merokok. Perokok pemula usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010 (SKRT, 2001; RISKESDAS, 2010).
 
Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit, khususnya kanker paru, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung koroner, dan gangguan pembuluh darah, disamping  menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil diluar kandungan, gangguan pertumbuhan janin (fisik dan IQ), kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal.

Selain berdampak buruk bagi kesehatan perokok itu sendiri, asap rokok orang lain (AROL) juga berbahaya bagi kesehatan orang di sekitarnya, yang dalam hal ini menjadi perokok pasif. AROL adalah gabungan antara asap yang dikeluarkan oleh ujung rokok yang membara dan produk tembakau lainnya serta asap yang dihisap oleh perokok. Tidak ada batas aman untuk AROL

Cara menghindarkan agar remaja tak merokok, antara lain menghindari berkumpul dengan teman-teman yang sedang merokok. Remaja harus yakin bahwa rokok bukan satu-satunya sarana pergaulan. Jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan perokok. Perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok. Hindari sesuatu yang terkait tentang rokok (sponsor, iklan, poster, rokok gratis). “Selain itu, lakukan hal-hal positif: olah raga, membaca, atau hobi lain yang menyehatkan,” ujarnya.(kkb2)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger