Alasan pertama kali remaja merokok yang paling dominan adalah karena coba-coba,
diikuti oleh pengaruh iklan TV, ingin kelihatan gagah, dan dipaksa teman.
Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, orang tua menjadi panutan dalam
memberikan contoh bagi anak-anaknya, data Global Youth Tobacco Survey (GYTS)
2009, menunjukan 72,4 persen remaja usia 13-15 tahun mempunyai orang tua
merokok.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Prof Tjandra
Yoga Aditama mengatakan, dalam sebatang rokok terkandung 4.000 jenis senyawa
kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh dimana 43 diantaranya bersifat
karsinogenik. Komponen utama nikotin (penyebab kecanduan), Tar (bersifat
karsinogenik), CO (menurunkan kandungan oksigen dalam darah).
“Ketika seseorang telah kecanduan rokok, nikotin yang terkandung dalam tembakau
merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman (dopamine), sehingga
menyebabkan rasa ketergantungan. Untuk mempertahankan rasa nyaman, timbul
dorongan untuk merokok kembali, inilah awal dari proses kecanduan,” kata
Tjandra di Jakarta, Minggu (17/11/13).
Indonesia adalah negara ke-3 tertinggi di dunia dalam jumlah perokok sesudah
Cina dan India (WHO, 2008). Konsumsi produk tembakau di Indonesia yang tinggi
dan terus meningkat di berbagai kalangan masyarakat mengancam kesehatan dan
kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Data GATS 2011 menunjukkan prevalensi merokok orang dewasa Indonesia sebesar
34,8% terbagi atas 67,4% laki-laki, dan 4,5% perempuan (GATS, 2011). Sementara
di kalangan remaja 15-19 tahun sebesar 38,4% laki-laki dan 0,9% perempuan
(RISKESDAS, 2010). Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009, menunjukkan
20,3% anak sekolah 13-15 tahun merokok. Perokok pemula usia 10-14 tahun naik 2
kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada
tahun 2010 (SKRT, 2001; RISKESDAS, 2010).
Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit, khususnya kanker paru, stroke,
penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung koroner, dan gangguan
pembuluh darah, disamping menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan
insidens hamil diluar kandungan, gangguan pertumbuhan janin (fisik dan IQ),
kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian
perinatal.
Selain berdampak buruk bagi kesehatan perokok itu sendiri, asap rokok orang
lain (AROL) juga berbahaya bagi kesehatan orang di sekitarnya, yang dalam hal
ini menjadi perokok pasif. AROL adalah gabungan antara asap yang dikeluarkan
oleh ujung rokok yang membara dan produk tembakau lainnya serta asap yang dihisap
oleh perokok. Tidak ada batas aman untuk AROL
Cara menghindarkan agar remaja tak merokok, antara lain menghindari berkumpul
dengan teman-teman yang sedang merokok. Remaja harus yakin bahwa rokok bukan
satu-satunya sarana pergaulan. Jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan
perokok. Perbanyak mencari informasi tentang bahaya rokok. Hindari sesuatu yang
terkait tentang rokok (sponsor, iklan, poster, rokok gratis). “Selain itu,
lakukan hal-hal positif: olah raga, membaca, atau hobi lain yang menyehatkan,”
ujarnya.(kkb2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar