Nah,
sangat setuju dengan judul diatas. Kesehatan reproduksi bukanlah hal yang bisa
dianggap sepele, justru patut kita ketahui dengan baik. Terkadang remaja hanya
tertawa ketika disinggung mengenai kesehatan reproduksi, mengganggap tidak
penting dan merasa tidak perlu dibahas lebih lanjut. Pengalaman dilapangan yang
diperoleh teman-teman dari PIK HEART UNHAS melihat bahwa remaja usia sekolah
mengartikan lain tentang seksualitas, yang mereka pikirkan mengenai seksualitas
kebanyakan mengarah kepada “pornografi”. Untuk lebih pastinya lagi, informasi
yang kami kutip dari Liputan6.com ini mungkin bisa menerangkan mengenai judul
diatas.
Liputan6.com, Seperti laporan Komisi Nasional Perlindungan
Anak di pengujung tahun lalu, kekerasan seksual yang menimpa anak mencapai
angka 817 kasus. Angka tersebut berarti hampir 70 sampai 80 anak mengalami
kekerasan seksual setiap bulannya.
"Kasus pemerkosaan terhadap perempuan dan anak di Indonesia sangat
memprihatinkan. Harusnya pemerintah dan masyarakat lebih peduli lagi dan
memperhatikan masalah ini, agar tidak ada lagi korban," kata Peneliti,
Ahli Kajian Gender dan Seksualitas sekaligus Dosen Universitas Amsterdam, Prof.
Dr. Saskia E. Wieringa saat ditemui usai kuliah umum yang bertema
"Perkosaan, Kekuasaan dan Patriarki" di gedung M, FISIP
Univeristas Indonesia, Depok, Kamis (23/1/2014).
Untuk mengatasi hal tersebut, Saskia mengatakan perlunya pendidikan seksual
untuk anak sejak dini.
"Kalau di luar negeri itu sudah ada, pemerintah di sana sangat konsen
di masalah seksual anak. Sepertinya Pemerintah Indonesia tidak terlalu fokus
membahas masalah ini,"katanya.
Saskia menambahkan pendidikan kesehatan reproduksi sebaiknya diberikan
kepada anak sejak duduk di kelas Sekolah Dasar.
"Harus ada pendidikan kesehatan reproduksi, anak itu dari kecil sudah
harus tahu tentang apa yang akan terjadi pada tubuhnya. Diajari anatominya, sehingga
saat sudah besar mereka mengerti dan tidak melakukan kesalahan," ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan Ketua Pusat Kajian Gender dan Seksualitas
Universitas Indonesia, Irwan Hidayana. Selain harus diberikan sejak dini, Irwan
menyebutkan perlunya memandang persoalan seksual sebagai hal yang positif.
"Jangan dulu mengganggap kesehatan reproduksi dan seksual itu merupakan
hal yang tabu. Tetapi lihat sisi positifnya, berikan pendidikan kespro sejak
dini untuk langkah pencegahan anak melakukan perilaku berisiko," kata
Irwan.
Irwan menambahkan lembaga yang mengusulkan kurikulum reproduksi seharusnya
konsisten untuk terus menjalankan walaupun ada pihak yang tidak setuju.
"Mereka harus konsisten, bukan berarti ada yang tida setuju kemudian
pendidikan kespro itu ditarik ulur. Anak-anak dan perempuan butuh pendidikan
kespro walaupun di beberapa pelajaran disisipkan sedikit namun mereka masih
butuh banyak lagi pemgetahuan terkait reproduksi dan seksualitas,"
katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar